The Symbolic Meaning of the Mendhem Ari-Ari Tradition in Demak Regency in the Perspective of Islamic Theology of Nurcholish Madjid

Abstract

This article aims to find out the symbolic meaning of the tradition of mendhem ari-ari that has been done by the community of Demak district down the road. In addition, it will know the views of the religious figures in responding to the tradition according to the teachings of Islam. This article uses a model of qualitative approach through methods of observation, interviews, and documentation with phenomenological analysis to find out the events from the perspective of the community in Tuwang Village District Demak. The results show that: First, the tradition of mendhem ari-ari is an activity carried out by the parents of the baby, and the need to prepare the equipment as a condition of hope through the objects and have a certain meaning. Second, the Islamic theological view of the tradition is a culture of customary law. Nurcholish Madjid defines Islam as a universal religion. There are internal and external factors that influence the belief in the tradition of mendhem ari-ari, so it is still done today. Thus, what is in this tradition is a means of glorifying the property and honoring the traditions of our ancestors.

Makna Simbolik Tradisi Mendhem Ari-Ari di Kabupaten Demak dalam Perspektif Teologi Islam Nurcholish Madjid. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui makna simbolik tradisi mendhem ari-ari yang sudah dilakukan masyarakat Kabupaten Demak secara turun temurun. Selain itu, akan mengetahui pandangan para tokoh agama dalam menanggapi tradisi tersebut menurut ajaran Islam. Artikel ini menggunakan model pendekatan kualitatif melalui metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan analisis fenomenologi untuk mengetahui peristiwa dari sudut pandang masyarakat di Desa Tuwang Kabupaten Demak. Hasil menunjukkan bahwa: Pertama, tradisi mendhem ari-ari merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh orangtua si bayi, dan perlu mempersiapkan perlengkapan sebagai syarat pengharapan melalui dari benda-benda dan memiliki makna tertentu. Kedua, pandangan teologi Islam terhadap tradisi mendhem ari-ari merupakan budaya dari hukum adat. Nurcholish Madjid mengartikan Islam sebagai agama yang universal. Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi kepercayaan tradisi mendhem ari-ari, sehingga saat ini masih tetap dilakukan. Dengan demikian, maka benda yang terdapat dalam tradisi ini menjadi sarana memuliakan ari-ari serta sebagai menghormati tradisi leluhur nenek moyang.