PEMIMPIN PEREMPUAN DALAM TAFSIR NUSANTARA (Studi Komparatif Kisah Ratu Balqish dalam Tafsir Al - Mishbah dan Tarjuman Al - Mustafid)

Abstract

Kepemimpinan perempuan masih menjadi perbincangan hangat di kalangan sarjana muslim. Hal ini tidak terlepas dari adanya teks-teks agama yang cenderung mendiskreditkan perempuan dalam hal kepemimpinan. Sebut saja ayat “ar-rija>lu qawwa<mu>na ‘alannisa>’” dan hadits yang berarti “tidaklah bahagia suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada perempuan”. Akan tetapi, di sisi lain al-Qur’an justru menggambarkan sesosok pemimpin perempuan yang sukses, yaitu kisah Ratu Balqish penguasa negeri Saba. Tulisan ini akan mencoba menelisik permasalahan kepemimpinan perempuan ini melalui kajian komparasi pada dua tafsir nusantara, yaitu Al-Mishbah karya Quraish Shihab dan Tarjuman Al - Mustafid karya Abdurrauf As-Sinkili terkait kisah Ratu Bilqish dalam surah An – Naml ayat 22-40. Dengan metode deskritif analisis didapatkan bahwa menurut tafsir Al – Mishbah kajian, dapat diambil gambaran bahwa Ratu Balqis adalah seorang pemimpin yang ideal karena kerajaan yang besar tidak dapat dikendalikan kecuali oleh orang yang ahli dalam ilmu pemerintahan. Kepemimpinan Ratu Balqis hampir tidak ada cacat meskipun ia adalah seorang Wanita. Begitu pun dalam  Tarjuman Al – Mustafid, meskipun tidak disebutkan secara jelas tentang pemimpin perempuan, akan tetapi di dalamnya disebutkan bahwa Ratu Balqis memimpin negeri Saba’ dengan sangat baik sehingga rakyanya sangat Makmur dan berlimpah harta. Keberhasilan Ratu Balqis ini menunjukkan bahwa perempuan pun juga bisa menjadi seorang pemimpin.